Menghafal, Mahar

Menikah? Siapa sih yang tak mau menikah.
Mungkin ada yang tidak mau, bukan karena tidak ada pasangan tapi karena ada penyakit. Salah satu penyakitnya adalah pengecut, takut pada tanggung jawab. Dan penyakit ini banyak menimpa di wilayah barat sana yang bahkan tidak punya keyakinan dalam dirinya.
Bagi orang timur terlebih bagi umat Muslim menikah adalah salah satu sunnah terbesar dalam ibadahnya. Setengah dari agama imbalannya.
Kalau kata Rasulullah, saat sebelum menikah kita ibadah cuman dapat satu dan saat sudah ijab kabul maka jadi dua pahalanya. Lah minimal saat berdoa tidak sendiri lagi sudah ada yang aminkan.
Lantas kenapa banyak orang masih takut menikah, banyak pemuda justru menikmati masa "maksiat " padahal telah pantas untuk menikah?. Yap pertanyaan patut untuk dijawab para orang tua, terutama orang tua pemudi. Terlalu banyak syarat yang memberatkan bagi pemuda. Syarat yang begitu keduniaan tidak beeorientasi pada akhirat. Perlukah keluat statemen dari pemuda " pak, bu, ijinkan saya berzina dengan anak nya"
Miris sekali, bahwa kejadian di atas banyak terjadi di negeri Muslim terbesar saat ini.

Padahal Rasulullah telah berpesan untuk para orang tua " jadilah wanita yang paling ringan maharnya" . Teladanilah yang patut diteladani. Ikutilah yang patut diikuti.

Contohlah  kejadian seorang pemuda yang berani melamar kepada seorang Ustaz. Lalu hanya diberikan syarat mahar berupa hafalan Al Quran. Tanpa apapun, hal ini baik untuk dirinya maupun untuk kehidupannya kelak.

So, siapa lagi ya orang tua yang berani kasih syarat seperti itu, mudah2an banyak pemuda yang berani.

Mari,  menghafal mahar.

10 September 2015
Ditengah letihnya memikirkan masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEGANGAN (YIELD)

Resume Buku " KOMITMEN MUSLIM SEJATI" FATHI YAKAN part 1

Pitting, Intergranular dan Selective Corrosion.