Renungan Surat Ash-Shaff Bagi Aktivis Dakwah
As-Shaff yang bermakna
barisan adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang patut menjadi bahan
renungan bagi para da’i. Surat ini merupakan Ma’alim fii at-Thoriiq (petunjuk
jalan) bagi aktivis dakwah. Surat ini walaupun pendek tetapi mencakup semua
yang dibutuhkan para da’i dari aqidah, akhlak, sejarah, ukhuwah, obyek dakwah,
sampai pada puncak ajaran Islam, yaitu Jihad di jalan Allah. Sehingga para
kader wajib menghafalnya, mentadaburinya secara berulang-ulang dan
mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.
Nama surat biasanya
menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat As-Shaff. Shaffadalah sesuatu yang sangat penting dan
sangat menentukan keberhasilan dalam dakwah, jihad dan pergerakan Islam. Bahkan
kesatuan shaff adalah persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah
Islam. Tanpa adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi
kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang Uhud merupakan
salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang berantakan,
padahal sebelumnya sudah berada diambang kemenangan.
Namun demikian
kesatuan shaff merupakan proses panjang dari realisasi aktivis dakwah terhadap
nilai-nilai Islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi digambarkan Al-Qur’an
sebagai kal-bunyaan al-marsuus (seperti bangunan yang
kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental dari aktivis harakoh
yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah Islam. Tanpa ada kekuatan aqidah, ukhuwah dan
pemahaman yang mendalam terhadap fikrah Islam, maka mustahil kesatuan dan
kekokohan shaff yang digambarkan Al-Qur’an dapat tercapai. Maka marilah kita
merenungi apakah shaff dakwah kita sudah kokoh ? Apakah shaff Partai kita sudah
bersatu dan kuat kal-bunyaan al-marsuus ?
Dan jika kita melihat realitas Partai Dakwah
sekarang, maka sesungguhnya kita sangat membutuhkan pemimpin, figur dan tokoh
Dakwah yang dapat mengokohkan shaff dan ukhuwah itu. Karena kesatuan shaff dan
kekuatan ukhuwah adalah sesuatu yang paling prinsip dan mendasar dalam dakwah
ini. Kita sangat membutuhkan pemimpin teladan yang dapat menjadi panutan para
aktivis dakwah lainnya. Kita membutuhkan pemimpin yang zuhud yang dapat
membebaskan dirinya dari fitnah harta dan jabatan.
Perjalanan dakwah masih panjang dan ujian
dakwah sudah menghadang ditengah kita. Terkadang para da’i berhasil menghadapi
ujian kesulitan dan penderitaan, tetapi tidak berhasil menghadapi ujian
kemudahan dan kelezatan dunia, baik harta, wanita maupun jabatan. Dan
demikianlah yang pernah diungkapkan oleh generasi terdahulu kita: Ubtuliina
bid-dhorraa fashabarnaa ubtuliinaa bis-sharraa falam nashbir (kami diuji dengan
kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tetapi kami tidak
sabar). Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang dapat berhasil
keluar dari ujian dan fitnah dalam dakwah tersebut
Surat As-Shaff memberikan Ma’alim fii
at-Thariiq bagi para da’i agar tidak menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap
teguh dalam shaff yang rapi dan kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam
dakwah datang menghadangnya. Dan marilah kita renungi satu-persatu ayat-ayat
dalam surat tersebut.
Tasbih kepada Allah (At-Tasbiih Lillah)
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا
فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
1. Bertasbih kepada Allah apa saja
yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Seluruh mahluk Allah yang ada di langit dan bumi melantunkan
tasbih kepada Allah SWT. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Mereka bertasbih
dengan bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk Allah yang paling
sempurna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’i yang senantiasa mengajak
manusia agar beribadah dan menyembah Allah lebih layak lagi untuk bertasbih,
mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha
illallahu Allahu Akbar. Kehidupan para da’i adalah kehidupan tasbih, dzikir dan
do’a. Kehidupan aktivis dakwah adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Qur’an dan menyembah
Allah SWT.
Modal utama yang harus dimiliki oleh aktivis harakah adalah
quwwatus shilah billah (kekuatan hubungan dengan Allah). Tanpa modal itu, maka
percuma menjadi kader dakwah dan tidak akan berhasil menjadi kader dakwah.
Karena perjalanan dakwah adalah perjalanan yang sulit, berliku, banyak
rintangan dan panjang. Dan itu tidak akan dapat dilampui, kecuali aktivis
dakwah yang memiliki quwwatus shilah billah. Pelajaran inilah yang kita
dapatkan dari turunnya surat Al-Muzammil yang mengiringi tugas berat Rasul saw.
mendakwahi kaumnya. Surat Al-Muzzamil mengajarkan kepada para da’i pentingnya
membangun quwwatus shilah billah dengan sholat malam dan tilawatul Qur’an.
Kejujuran dalam Berkata (Shidqul Kalam)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
2. Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Allah SWT. menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang
mengatakan apa yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT. sangat membencinya.
Karena aktivitas yang dominan dilakukan para da’i adalah dakwah yang banyak
menggunakan ucapan. Sehingga ucapan itu harus diselaraskan dengan perbuatan.
Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan kenyataan adalah dusta
yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran adalah modal utama berikutnya
bagi para da’i.
Dan kejujuran harus dilakukan para da’i dalam
dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah Islam, jujur dalam bersikap dan
jujur dalam berkata-kata. Salah satu ajaran Islam yang terpenting adalah jihad
dan berperang melawan musuh Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para
penceramah yang sudah dikenal oleh orang banyak dengan sebutan ustadz atau kyai
dan sebutan lainnya tidak jujur dalam menyampaikan Islam. Mereka tidak berani
menyampaikan jihad, dan kalaupun menyampaikan kata jihad, maka dibatasinya
dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Atau semua
bentuk jihad disebutkan, kecuali jihad dalam memerangi musuh Allah, baik musuh
Allah itu Yahudi, Kristen maupun orang kafir lainnya.
Kejujuran dalam berkata dan bersikap merupakan
keharusan bagi setiap muslim apalagi para kader dan pemimpin dakwah yang
menyampaikan nilai-nilai Islam. Para kader dakwah tidak boleh memiliki standar
ganda dalam perkataan dan sikap. Karena standar ganda akan merusak barisan
dakwah dan menggagalkan perjuangannya. Syuro’ yang dilakukan Rasulullah saw.
sebelum perang Uhud merupakan sikap kejujuran yang paling baik yang terjadi
pada diri Rasul dan sahabatnya. Ketika terjadi musyawarah sebagian besar
sahabat menghendaki peperangan dilakukan di luar Madinah, sementara Rasulullah
saw. cenderung peperangan dilakukan di Madinah. Pendapat Rasul diikuti sahabat
lain, tetapi mayoritas sahabat terutama para pemuda yang belum ikut perang
Badar menghendaki perang dilakukan diluar Madinah. Akhirnya, Rasulullah saw.
mengikuti pendapat mayoritas dan perang dilakukan diluar Madinah. Dan
Rasulullah saw. memimpin langsung perang tersebut. Demikianlah, kejujuran
adalah bagian dari prinsip bagi kader dan pemimpin dakwah dalam aktivitas
dakwahnya.
Perang di Jalan Allah dalam Satu Barisan yang
Kuat (Al-Qitaal fii Sabilillah Shaffan)
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
4. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kehidupan di dunia sejatinya merupakan peperangan antara
kebenaran dan kebatilan. Perang antara para pengikut kebenaran dan pengikut
kebatilan semenjak mulai nabi Adam as versus Iblis la’natullah. Inilah logika
dan aqidah yang harus melandasi para da’i dalam berdakwah. Dan puncak
peperangan adalah perang fisik dan perang peradaban. Peradaban Materialisme dan
Peradaban Islam akan terus menerus bersaing dan berperang untuk meraih
kemenangan. Peradaban Materialisme di komandani oleh penguasa kafir dan
diktator dari dahulu sampai akhir zaman. Mereka adalah Namrud, Firaun, Qorun,
Abu Jahal, Abu Lahab, Lenin, Stalin, Hitler, Goerge Bush dan anaknya Goerge
Walker Bush, Ariel Saron dll. Sedangkan peradaban Islam dipimpin oleh para nabi
as sampai nabi terakhir nabi Muhammad saw. Khulafaur Rasyidin, dan para ulama
yang tegak membawa panji kebenaran.
Perang fisik memang jalan terakhir jika
orang-orang kafir tidak mempan dengan logika dan fikiran. Karena Islam, sesuai
dengan namanya adalah agama cinta damai dan mengutamakan perdamaian. Perang
fisik bukanlah tujuan, tetapi sarana agar orang hanya tunduk kepada kebenaran
dan agar tidak ada lagi fitnah yang disebarkan musuh-musuh Allah. Islam
menghendaki tidak ada kerusakan dan kezhaliman di muka bumi. Dan para da’i
bertugas untuk mengajak manusia agar mereka tunduk kepada kebenaran, tidak
melakukan kezhaliman dan kerusakan.
Pada saat jalan lain buntu, tujuan perdamaian
tidak tercapai dan manusia tidak merasa aman, maka perang fisik adalah sarana
yang paling ampuh untuk menegakkan keamanan dan perdamaian tersebut. Allah SWT.
berfirman, artinya:” Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu
dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para
mu’min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang
kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)” (QS
An-Nisaa’ 84).
Mengambil Pelajaran dari Dakwah Para Rasul as.
(Akhdzul ibroh min Da’watir Rusul)
وَإِذْ قَالَ مُوسَى
لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ
اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
5. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada
kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling
(dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi
petunjuk kepada kaum yang fasik.
وَإِذْ قَالَ عِيسَى
ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ
يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ
قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
6. Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam
berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira
dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Para Rasul yang besar adalah Rasul yang
mendapat gelar Ulul Azmi, mereka adalah nabi Nuh as., nabi Ibrahim as., nabi
Musa as., nabi Isa as., dan nabi Muhammad saw. Dan dalam surat ini menceritakan
dua nabi besar yang pengikutnya paling besar setelah nabi Muhammad saw. Dan
peradaban umat manusia terbesar sekarang dari ketiga pengikut nabi tersebut,
yaitu nabi Musa as. nabi Isa as. dan nabi Muhammad saw. Nabi Musa as. diklaim
oleh bangsa Yahudi, walaupun mereka sendiri mengingkari ajaran nabi Musa as.
dan kitab sucinya. Sedangkan nabi Isa as diklaim oleh kaum Nashrani (Kristen),
walaupun mereka mengingkari ajaran tauhid nabi Isa dan kitabnya. Dan kedua nabi
besar tersebut berasal dari Bani Israil yang sekarang mendominasi masyarakat
barat. Sedangkan umat nabi Muhammad saw. adalah umat Islam yang mendiami dunia
Islam dan sebagian di wilayah lainnya.
Kedua ayat diatas menceritakan bagaimana
keingkaran umat nabi Musa as. dan umat nabi Isa as pada nabinya. Jadi jika nabi
dari kaumnya sendiri saja diingkari, apalagi jika datang nabi dari kaum yang
lain, yaitu nabi Muhammad dari bangsa Arab. Inilah yang sekarang terjadi,
permusuhan dan kebencian Yahudi dan Nashrani kepada Islam dan umat Islam. Dan
aqidah inilah yang harus diyakini oleh semua umat Islam. Allah SWT. berfirman,
artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka” (QS Al- Baqarah 120).
Dan ayat-ayat berikutnya dari surat As-Shaff akan menceritakan
bagaimana kebencian dan upaya orang-orang kafir tersebut memusuhi Islam dan
umat Islam. Dan bagaimana mereka berupaya semaksimal mungkin memadamkan cahaya
Islam tersebut.
Mengetahui Hakekat Orang Kafir (Ma’rifah
Haqiqat al-Kuffar)
وَمَنْ أَظْلَمُ
مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama
Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
يُرِيدُونَ
لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْكَافِرُونَ
8. Mereka ingin hendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala
agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
John Elpostito menawarkan tesis Dialog
Peradaban, dan tentu saja teori itu sejalan dengan ruh Islam yang sangat
mencintai perdamaian. Namun, mungkinkah Dialog Peradaban tersebut dapat
terealisir? Sedangkan Samuel Hutington memiliki tesis tersendiri, yaitu Konflik
Peradaban atau Perang Peradaban. Dan nampaknya, tesis inilah yang dekat dengan
sifat-sifat orang kafir yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Orang-orang yang
menolak Islam adalah orang yang paling zhalim, karena mereka menolak kebenaran.
Lebih jauh dari itu orang-orang kafir berupaya
sekuat kemampuan mereka untuk memadamkan cahaya Islam dengan segala potensi,
kekayaan dan jiwa mereka. Media masa adalah sarana yang paling efektif yang
mereka gunakan untuk memadamkan cahaya kebenaran itu. Televisi mereka gunakan
untuk merusak citra Islam, dan mempropaganda agama mereka. Pada saat yang sama
mereka mempublikasikan segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan lewat televisi
yang mereka kuasai. Misionaris datang ke dunia Islam bersama para penjajah,
menawarkan ‘cinta kasih’ dengan makanan, kesehatan dan bantuan lainnya. Cinta
kasih yang berisi racun itu banyak membuat umat Islam yang miskin terbuai dan
mengikuti mereka. Maka bertebaranlah gereja dan yayasan sosial milik misionaris
di dunia Islam. Tetapi pengorbanan dan upaya maksimal yang dilakukan
orang-orang kafir untuk memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil. Karena
agama ini adalah milik Allah dan Allah akan memenangkan agama-Nya walaupun
mereka benci.
Pada saat mereka
merasa tidak mampu memadamkan cahaya Islam dengan media masa itu, maka mereka
menggunakan senjata terakhir, yaitu perang fisik dan pemusnahan umat Islam.
Inilah hakekat yang harus diketahui orang-orang beriman dan para da’i. Hakekat
ini telah terbukti dengan realitas yang terjadi. Inilah yang terjadi di
Palestina, Bosnia, Irak, Afghanistan, Rusia, India, Pilipina, Thailand, Burma,
Singapura, Timor Timur, Maluku dll. Di Palestina umat Islam dibantai oleh
Yahudi, di Rusia umat Islam dibantai oleh komunis, di Bosnia, Pilipina, Muluku
dll umat Islam dibantai Kristen, di India umat Islam dibantai oleh Hindu, di
Thailand dan Burma umat Islam dibantai oleh Budha. Demikianlah umat Islam
menjadi musuh bersama, hanya karena mereka menyembah Allah. Dan sangat jika
Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan bahwa kekafiran adalah satu agama.
Berdagang dengan Allah (At-Tijarah Ma’allah
Ta’ala)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
10. Hai orang-orang yang beriman,
sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari
azab yang pedih?
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
يَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
12. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu
dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan
(memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah
keberuntungan yang besar.
وَأُخْرَى
تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
13. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu
sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.
Setelah para da’i mengetahui tentang hakekat orang-orang kafir,
kemudian Allah mengajak mereka pada suatu bisnis yang menguntungkan mereka
dunia dan akhirat. Karena musuh-musuh Allah hanya dapat dihadapi dan dikalahkan
oleh orang-orang yang siap berbisnis dengan Allah. Namun demikian bisnis ini
syaratnya berat, sehingga tidak semua orang beriman mengikutinya. Bisnis ini
syaratnya adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa. Hanya orang yang tahu (berilmu) agama yang
mendalamlah yang dapat mengikti bisnis ini. Ilmu yang membuat orang beriman
semakin khusu’ dan lebih mengutamakan kehidupan yang mulia dan kehidupan yang
kekal di akhirat.
Bisnis ini sangat besar imbalannya, yaitu
ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, surga Allah yang penuh dengan
kenikmatan berupa air yang mengalir, dan rumah-rumah yang indah. Dan tambahan
yang lain berupa pertolongan Allah dalam kehidupan dunia dan kemenangan yang
dekat atas musuh-musuhnya. Jihad memang satu-satunya jalan menuju kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
Kabar gembira ini diperuntukkan bagi
orang-orang beriman, yaitu orang yang tidak tertipu dengan segala fasilitas
dunia. Orang beriman tidak mudah tunduk patuh dan loyal kepada orang-orang
kafir dan fasik. Orang beriman menjadikan aktivitas politiknya untuk kemenangan
Islam dan umatnya, bukan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Orang
beriman adalah orang yang yakin akan hari akhirat dan perjumpaan dengan Allah
sehingga berupaya zuhud dari kehidupan dunia dan tidak membuat istana di dunia.
Allah SWT. berfirman, artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS
Al-Qashash 83)
Jadilah Penolong Allah (Kunuu Anshrallah)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ
أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ
فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
14. Hai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah
berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang
setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan
dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu
mereka menjadi orang-orang yang menang.
Dan puncak dari
tawaran Allah adalah tawaran untuk menjadi penolong Allah (Anshorullah). Maukah
kita menjadi tentara Allah ? Maukah kita menjadi penolong Allah ? Padahal
sejatinya Allah tidak membutuhkan pertolongan kita. Tetapi inilah bahasa yang
sangat indah, bujukan yang sangat halus, ajakan yang tidak ada yang bisa
menangkapnya kecuali orang-orang yang beriman dan para da’i yang hatinya hidup
serta siap memberikan sesuatu yang terbaik untuk agama Allah. Dan sebagai
buahnya adalah dominasi dan kemenangan Islam serta kejayaan umat Islam. Wallahu
A’lam Bishawaab.
Komentar
Posting Komentar